Kongres Persatuan PWI: Menutup Luka, Menyatukan Suara Pers Indonesia

by -2 views
Breaking News

JAKARTA –Dua tahun terakhir, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) bukan hanya sibuk dengan dunia jurnalisme, tetapi juga dihantui oleh dualisme kepengurusan.

Perselisihan antara hasil Kongres Bandung 2023 dan Kongres Luar Biasa Jakarta 2024 menjadikan organisasi wartawan tertua di Indonesia ini terbelah.

Namun, akhir Agustus 2025 menjadi babak baru. Kongres Persatuan PWI di Cikarang, Bekasi, berhasil menyatukan dua kubu yang sempat berseberangan. Bagi sebagian wartawan, momen ini ibarat “napas baru” untuk dunia pers yang belakangan ini justru banyak mendapat sorotan di tengah derasnya arus informasi digital.

Meutya Hafid: Harapan Pers Satu Suara

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengaku lega. Bukan hanya karena kongres berjalan lancar, tetapi juga karena PWI kembali ke jalur persatuan.

“Semoga PWI betul-betul bersatu lagi dan kembali fokus untuk turut mengawal jurnalisme Indonesia yang profesional dan berkualitas,” kata mantan jurnalis televisi yang kini duduk di kursi menteri itu.

Pesan rekonsiliasinya sederhana namun dalam: kepengurusan baru perlu merangkul kubu Hendry Ch. Bangun agar persatuan ini benar-benar tuntas, tidak sekadar formalitas.

Akhmad Munir: Saatnya Tutup Luka Lama

Bagi Ketua Umum terpilih, Akhmad Munir, amanah ini bukan sekadar jabatan, melainkan tanggung jawab untuk merajut kembali kepercayaan wartawan. Ia menegaskan nama Hendry sudah masuk ke dalam daftar pengurus yang sedang dirancang formatur.

“Ini saatnya menutup luka lama. Kita tidak boleh lagi terjebak dalam perpecahan, karena tugas utama kita adalah memperkuat jurnalisme yang independen,” ujar Munir.

Lebih dari Sekadar Organisasi

Kongres Persatuan PWI ini juga menyimpan pesan yang lebih besar: bahwa pers, sejatinya, adalah penjaga demokrasi. Perpecahan hanya akan melemahkan peran itu. Sebaliknya, persatuan akan memberi energi baru bagi wartawan untuk bekerja lebih profesional, kritis, dan tetap berpihak pada kebenaran.

Rencana pelantikan di Museum Pers Nasional, Solo, akhir September nanti, bukan hanya seremoni, melainkan simbol bahwa sejarah pers Indonesia harus terus dijaga, dengan semangat kebersamaan yang baru.

Harapan Jurnalis Daerah

Bagi wartawan di daerah, khususnya di luar Jakarta, kabar berakhirnya dualisme ini disambut dengan optimisme. Selama dua tahun terakhir, mereka bingung harus merujuk ke kepengurusan yang mana. Kini, dengan satu kepengurusan yang sah, ada harapan PWI bisa kembali fokus pada peningkatan kapasitas wartawan dan perlindungan profesi.(*)

Reporter | Deri | Editor | Redaksi | nusacitra.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *