Anak Balita Sakit Parah Diduga Ditolak RSUD Sayang Cianjur, Orang Tua Ungkap Kekecewaan — Pihak Rumah Sakit Bantah

by -3 views
Breaking News

CIANJUR , — Kasus dugaan penolakan pasien kembali muncul di Kabupaten Cianjur, Seorang anak berusia dua tahun bernama Kanza Aleeya Maulidia, putri dari pasangan Yadi dan Nuryani,

warga Kampung Babakan Renyom RT 002/017, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur, dikabarkan ditolak saat hendak mendapatkan perawatan di RSUD Sayang Cianjur, pada Sabtu malam (13/10/2025).

Petugas Disebut Menolak.

Menurut penuturan sang ayah, Yadi, anaknya saat itu dalam kondisi sakit parah dan dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 20.00 WIB. Namun, petugas RSUD Sayang disebut menolak dengan alasan ruang perawatan penuh.

“Saya datang dengan keadaan panik. Anak saya sudah lemas. Tapi pihak rumah sakit bilang kamar penuh. Saat itu ada warga yang ikut membantu, karena melihat anak saya sudah sangat memprihatinkan,” ujar Yadi, dengan nada sedih saat ditemui di kediamannya, Kamis (17/10).

Karena tidak ada alternatif di RSUD Sayang, keluarga akhirnya memutuskan membawa Kanza ke Rumah Sakit Edelweis, dengan bantuan biaya dari pemerintah Desa Nagrak.

Kemarahan Warga dan Sorotan Publik

Kabar penolakan ini dengan cepat menyebar dan memicu reaksi keras dari masyarakat. Banyak warga yang menilai alasan “ruangan penuh” tidak menjadi adil ketika nyawa pasien, apalagi anak kecil, sedang terancam.

“Apa ini wajah pelayanan kesehatan di Cianjur? Apakah orang miskin tidak boleh sakit?” ujar salah satu warga dengan nada kecewa.

Padahal, Bupati Cianjur sebelumnya telah menegaskan bahwa tidak ada rumah sakit di wilayahnya yang diperbolehkan menerima pasien, terutama warga yang kurang mampu — baik dengan alasan administrasi maupun kapasitas ruang.

Pernyataan itu kini didiskusikan publik, karena dianggap tidak sejalan dengan praktik di lapangan.

Pihak RSUD Sayang Bantah Adanya Penolakan

Saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp oleh awak media,Raya, Humas RSUD Sayang Cianjur,membantah bahwa bersedia melakukan persetujuan pasien. Ia menegaskan bahwa rumah sakit berkomitmen melayani seluruh pasien tanpa diskriminasi.

Dalam tanggapannya, Raya menulis:

“RSUD Sayang tidak pernah ada aturan untuk menolak pasien dan selalu tekanan agar semua pasien yang datang diterima serta dilayani dengan baik, baik yang datang melalui layanan poli maupun IGD. Bila benar ada kejadian seperti itu, kami akan mencari data dan kronologinya agar ada kejelasan. Kami akan melakukan penyelidikan dan bila terbukti, akan ada sanksi bagi petugas terkait.”

Raya juga menambahkan, pihak rumah sakit siap menelusuri fakta di lapangan untuk memastikan kebenaran laporan tersebut, dan berjanji akan menghubungi pihak keluarga setelah hasil penelusuran selesai.

Pentingnya Evaluasi Sistem Darurat

Kasus ini menyoroti masalah klasik dalam sistem pelayanan publik, di mana koordinasi antar rumah sakit dan fasilitas kesehatan belum berjalan optimal.

Kondisi “ruangan penuh” seharusnya bukan menjadi alasan penolakan, melainkan direspons dengan prosedur rujukan darurat yang cepat dan terkoordinasi.

Pengamat kebijakan publik menilai, kejadian seperti ini memerlukan penyelidikan mendalam dan tindakan korektif, agar kepercayaan masyarakat terhadap fasilitas kesehatan daerah dapat pulih.

Harapan Keluarga dan Warga

Hingga kini, kondisi Kanza masih dalam perawatan di RS Edelweis. Yadi dan istrinya berharap kejadian yang menimpa keluarganya menjadi yang terakhir di Cianjur.

“Kami hanya ingin anak kami sembuh. Tapi tolong jangan sampai ada keluarga lain yang mengalami seperti kami,” tutur Nuryani dengan mata berkaca-kaca.

Masyarakat menantikan langkah cepat Pemerintah Kabupaten Cianjur untuk menjamin pelayanan kesehatan yang adil, manusiawi, dan tanpa diskriminasi.

Wartawan |Deri | Penyunting| Redaksi| nusacitra.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *